Nak, sudah berapa lama kamu mengurung diri di dalam kamar?
Wajah ayumu itu tampak samar, terbenam oleh nyala lampu gantung yang tidak
begitu terang
Kemari, keluarlah sebentar
Jangan mengutuk diri dengan menangis sepanjang hari
Air mata membanjir di pipi
Mata sembap ingin belas kasih
Mak, tak usah resah perkara diriku yang lemah
Aku yang payah hampir menyerah
Pikiranku terkurung ketakutan
Napas seperti di akhir kehidupan
Hanya gelap dan kesedihan
Sajadah yang warnanya pudar telah mantap tergelar
Emak masih terjaga untuk melewati sepertiga malam
Ia duduk bersimpuh, menengadah dengan seluruh, melangitkan kuncup-kuncup doa
Munajatnya sederhana:
Gusti, semoga engkau beri yang terbaik untuk kami
Aku turut mengamini
Lalu air matanya jatuh tidak sengaja seperti rintik-rintik hujan di kaca jendela
Jiwaku yang kering, jadi basah
Usaha sudah, aku pasrah kepada-Nya
Barangkali mimpi yang kulangitkan harus dipatahkan sementara
Kursi-kursi di perkuliahan milik mereka yang bergelimang harta
Apalah dayaku, seribu rupiah saja tak punya
Pasrah, hati telah tabah
Tapi
Munajatmu Mak, bagai sayap-sayap jibril mendekap semesta
Ketulusanmu dalam doa, semoga Tuhan ijabah
/4/
Tuhan tidak menutup mata Ia Maha Kaya
Ketika akhir dari usaha adalah menengadah dalam doa, pasrah, dan tabah
Ia bingkiskan rupiah berwujud beasiswa
Asa kembali membara
Menata lagi ranting mimpi, inikah yang terbaik untuk kami?
Nur Aini
FIS/Geografi 2017
(Juara 1 Lomba Cipta Puisi Mahasiswa Bidikmisi Universitas Negeri Malang 2019)
نمشي , adidas bold age leggings girls dance studio – تسوق تشكيلة اديداس اوريجينالز للأطفال مع تخفيضات 25 – 75% أونلاين في السعودية | nike dunk force wedge , Air Jordan 1 Trainers — IetpShops