Sejarah di Balik Hari Puisi Nasional di Indonesia
Oleh: Natasha Izzatul Ismi
Hari Puisi Nasional selalu diperingati tiap tahunnya pada tanggal 28 April. Mengapa diperingati pada tanggal tersebut? Ternyata, hal ini erat kaitannya dengan wafatnya “Si Binatang Jalang”. Ya, “Si Binatang Jalang” itu adalah Chairil Anwar, sosok penyair yang terkemuka di Indonesia.
Chairil Anwar tercatat sebagai penyair yang produktif di masanya. Mengutip dari Tirto (2016), selama periode 1942–1949 ia telah menghasilkan 94 tulisan di mana di dalamnya termasuk 70 sajak asli, 4 saduran, 10 sajak terjemahan, 6 prosa asli, dan 4 prosa terjemahan. Pelopor puisi modern Indonesia ini memiliki karya-karya yang selalu melegenda dan gagasan dari puisi-puisinya yang mendobrak semangat senantiasa melekat pada buku-buku pelajaran bahasa Indonesia.
Chairil Anwar lahir di Medan, 26 Juli 1922 dan wafat di Jakarta, 28 April 1949. Karya-karyanya masih tetap terkenang di hati masyarakat Indonesia. Hal ini terbukti dari banyaknya orang yang masih ramai membaca dan melantunkan karyanya.
Salah satu puisinya yang tidak asing dan mampu membangkitkan gairah semangat adalah puisi “AKU”.
AKU
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya yang terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Puisi tersebut erat kaitannya dengan masa-masa pergerakan dan perjuangan di awal kemerdekaan. Mengisahkan sikap kesetiaan, kerendahan diri, dan semangat keberanian Chairil Anwar dalam menghadapi kehidupannya di masa itu. Sosoknya yang menginspirasi mampu melahirkan penyair-penyair nasional yang membawa arah perubahan di dalam dunia sastra menjadi lebih kaya akan makna.
Terlepas dari sosok Chairil Anwar yang berpengaruh bagi dunia sastra di Indonesia, ada sebuah keunikan dari penentuan peringatan Hari Puisi Nasional ini. Jika kita perhatikan, penetapan hari-hari peringatan pada umumnya ditentukan dari hari kelahiran tokoh yang bersangkutan. Contohnya, hari kelahiran R.A. Kartini yang diperingati sebagai hari lahirnya gerakan emansipasi wanita pada tanggal 21 April, hari kelahiran W.R. Supratman, 9 Maret yang diperingati sebagai Hari Musik Nasional, serta hari kelahiran Ki Hajar Dewantara pada 2 Mei yang diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Dengan demikian, nampaknya Hari Puisi Nasional ditetapkan pada hari wafatnya Chairil Anwar untuk mengenang, mendramatisasi sang penyair layaknya unsur drama dalam puisi, serta membangkitkan semangat berpuisi di dalam diri masyarakat Indonesia.
Selamat Hari Puisi Nasional! Semangat berkarya penyair Indonesia!
Sumber Referensi:
Febriansyah. 2020. Sejarah Hari Puisi Nasional 28 April untuk Peringati Chairil Anwar. Online. (https://tirto.id/sejarah-hari-puisi-nasional-28-april-untuk-peringati-chairil-anwar-fdGG). Diakses pada 18 April 2021.
LTB – JuzsportsShops | White x Air Jordan 1 NRG UNC The Ten — IetpShops – nike free run 3 gs – Off