Istimewa

By: Siti Imro Atusholekah

Terlihat jejak guyuran air hujan mengenangi kota Bandung, namun hal itu tak menyurutkan tekad seorang gadis remaja dengan kuncir rambut khasnya. Seolah-olah hari ini hari terakhirnya dia melangkah santai mengelilingi kota Bandung. Hal itu bukan tanpa alasan, Gabriella Naura D’jorg atau yang biasa dipanggil nau memiliki rasa penasaran terhadap kota yang baru dia datangi kali ini. Kejadian dimasa lalu membuat putri tunggal Adam Wilythn D’jorg dan Angelin D’jorg memutuskan untuk kembali ke Negara yang dulu menjadi saksi cinta kedua orangtuanya. 

Naura bukan hanya gadis remaja biasa dia merupakan salah satu anak dengan kemampuan melihat ataupun berteman dengan makhluk gaib. Hal itu juga yang menyebabkan dia tak mampu membuka diri terhadap orang lain. “Eh bocah, main sama kita yuk?” bukannya memilih berlari Naura justru melebarkan senyumnya, mungkin ketika gadis remaja lain di sapa begitu akan langsung berlari. Seorang wanita usia 20 tahun yang memiliki luka diperut dengan kepala yang hampir putus menyapa Naura. “Maaf ya tante, Naura lagi buru-buru soalnya.” Balasnya

“ Eh kamu bukannya lari malah ngerespon, apa kamu enggak takut sama aku?”, “Buat apa Naura harus takut sama tante, orang tante enggak melukai Naura” . Karena tak ingin basa basi dengan hantu perempuan itu, Naura memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya.“ Perasaan di daerah rumah opung banyak hantu yang berkeliaran, tapi klo dipikir-pikir ini bakalan seru deh.” Batinnya. Ternyata hanya butuh 15 menit berjalan kaki untuk menuju pelataran rumah opungnya. Rumah opung atau kakek nya berada di tengah pepohonan, bahkan jarak rumah dengan tetangga cukup jauh. “pantas saja banyak hantunya, orang kayak gini.” Umpatnya

Tok…tok..tok…

Sang opung terlihat lelah dengan muka tuanya itu, dan tanpa basa-basi dia menyuruh Naura untuk segera masuk. “ Kamu mulai besok akan sekolah di SMA D’Hg, dan lebih baik sekarang kamu istirahat!”. 

***

Kring….kring…kring…

Dengan gerakan tiba-tiba Naura bangkit dari tempat tidurnya, gerakan itu yang membuatnya hamper kejedot meja. Tak sampai 10 menit baginya untuk turun dan menyapa opungnya. Aura yang dirasakannya saat menginjakkan kaki di depan gerbang SMA D’Hg membuatnya bergidik. Koridor demi koridor dijelajahi Nau, dan banyak sekali energy negatif yang berusaha mendekatinya. “hufftt…semoga aja enggak ada yang tau kalo aku bisa berinteraksi dengan mereka.” Ucapnya dalam hati..

Ting..ting…ting…

Bel berakhirnya jam pelajaran mengakhiri kegiatan Nau untuk menyelidiki sekolah barunya. Belum sempat langkah kakinya mencapai pintu gerbang seseorang memanggil namanya. “Gabriella, tunggu dulu?”. “Ada apa ya?” Naura hanya menanggapi sapaan itu dengan jawaban singkat. “Bisa bicara sebentar enggak? Tapi jangan disini, ayo ikut aku?”. Meski merasa bingung dia tetap memilih untuk mengikutinya. Akibat sibuk dengan pikirannya, Nau tak menyadari jika cowok tersebut membawanya ke area yang cukup sepi dan mencekam. “Oh iya, sebelumnya kenalin aku Nathan” ucapnya seraya mengulurkan tangan. “Naura.”

“Aku tau kalo kamu itu beda dari teman-teman yang lain, kamu bisa melihat apa yang orang lain tidak bisa lihat. Iya kan?” pertanyaan yang dilontarkan Nathan membuat Nau tak berkutik, berbagai pikiran mulai memenuhi otaknya. “Bagaimana mungkin orang lain bisa tau apa yang aku miliki”.  Pikir Naura. Saat dia masih sibuk dengan berbagai pemikirannya, seseorang menepuk bahunya dan berkata “mungkin memang kamu orang tepat yang mampu mengemban tugas ini Gab, aku akan menceritakan apa yang sebenarnya terjadi asal kamu tidak menyelanya!”

Nathan menceritakan alasannya mengetahui kemampuan yang dimiliki Naura, bukan hanya Naura yang memiliki kemampuan itu tapi dirinya juga. Hal itu yang membuat dia bisa menyadari apa yang Naura miliki, bukan hanya itu saja cowok dengan ringgi diatas rata-rata ini juga mengungkapkan keinginannya untuk mengajak cewek berponi ini bergabung dengan aksi yang akan dia lakuakan mala mini. “Oke Gab nanti malam kita ketemu lagi disini jam 23.00 WIB ya? Dan usahakan untuk membawa semua peralatan yang kamu punya untuk mendukung aksi kita kali ini.” Tak mau membuang waktu lagi, Naura dan Nathan berpisah di gerbang utama sekolah dan mulai menyiapkan peralatan untuk aksi mereka.

**

Tepat pada pukul 22.00 WIB gadis dengan setelan monokrom itu sampai di depan gerbang sekolah. Diujung koridor kelas 12 terlihat cowok degan pakain serba hitam itu lengkap dengan topi. “Oh..hai Gab, kamu ternyata tepat waktu juga ya?” Naura hanya menanggapi sapaan Nathan dengan senyum tipis, “ayo.. kita langsung mulai saja rencananya!”.

Koridor demi koridor dilewati mereka berdua namun ketika mereka sampai di kelas 12 IPA 3, para hantu telah menyambut mereka dan terlihat salah seorang wanita dengan penampilan yang menyeramkan sedang berada di tengah kawanan para hantu. “kayaknya dia pimpinan para hantu penganggu itu deh” ucap Nau dalam hati dan sepertinya Nathan mampu mengerti itu. “Dia itu hantu yang selalu membuat anak-anak dikelas ini satu persatu meninggal dengan mengenaskan dan jasadnya tak pernah ditemukan” ungkap nya. Nathan juga mengatakan kalo musuh terbesar dalam aksi ini adalah wanitu itu. Tak mau berpikir terlalu lama Naura mencoba berinteraksi dengan sang hantu “apa yang kamu inginkan sebenarnya hantu jelek?”.

“Justru aku yang seharusnya bertanya padamu, dasar anak kecil“. “Aku bukan seperti yang kamu pikirkan, asal kamu tau jika aku bisa dengan mudah membuat mu hilang dari dunia ini”. Nathan tak mampu membantu Nau karena dia hanya bisa melihat tapi tak mampu untuk berinteraksi, “aku membenci kalian para anak kecil yang suka mengusik ketenanganku, rasanya hidupku bahagia ketika melihat kalian mati!” teriaknya. 

Blammm…. Berbagai benda tiba-tiba menyerang Naura dan Nathan , sekilas terlihat jika beberapa balok hanya membuat Nathan luka. “Jangan kau pikir kau bisa melawan para anak buahnku!” tak sempat Nau menjawab pertanyaan itu para kawanan hantu mengejar dan mengepungnya. Mulai dari serangan psikis dilontarkan oleh para hantu, jeritan demi jeritan dilontarkan Nau akibat rasa sakit yang dia rasakan. Tetes demi tetes darah keluar dari hidungnya, hal itu tak menghalanginya untuk terus melawan berbagaoi serangan yang dilontarkan hantu. 

Kegelapan tiba-tiba melanda Naura entah berapa kali dia berusaha bangkita dan terjatuh lagi. Hingga pada saat Nathan meneriakkan namanya Nau merasa dirinya terbang dan kegelapan menyelimutinya.  Nau… kamu pasti bisa, ayo lawan mereka jangan biarkan mereka membawamu” teriakan Nathan nyatanya tak membuahkan hasil, taka da lagi sosok Nau dihadapannya. Entah apa yang terjadi pada teman barunya itu, akankah ini akhir dari kisah kemampuan yang dimiliki seorang Gabriellan Naura D’jorg.

THE END

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *