Tim GAHARU UM Persembahkan Medali Perak pada AISEEF 2022

Formadiksi UM News – Tim Universitas Negeri Malang (UM) kembali menorehkan prestasi dalam kompetisi Asean Innovative Science Enviromental and Entrepreneur Fair (AISEEF) tahun 2022. Tim yang beranggotakan Indra Bagus Yudistira, Bella Indah Lestari, Fina Zakiyatun Nufus, Surrotul Hasanah, dan Lutfi Nur Azizah ini meraih medali perak dalam kompetisi yang diselenggarakan oleh Indonesian Young Scientist Association (IYSA). Dalam ajang ilmiah tingkat internasional ini, Tim Universitas Negeri Malang mempersembahkan GAHARU yang merupakan aplikasi dengan fitur utamanya adalah untuk melaporkan penebangan liar di Desa Demuk, Tulungagung. Kompetisi ini diselenggarakan pada 16 Januari 2022 dan ditutup dengan awarding ceremony pada 6 Februari 2022.

Untuk mengetahui perjalanan Tim Universitas Negeri Malang dalam kompetisi AISEEF ini, Reporter Formadiksi UM News berkesempatam mewawancarai Fina Zakiyatun Nufus dan Bella Indah Lestari, mahasiswa penerima Bidikmisi program studi S1 Sastra Inggris UM yang tergabung dalam tim ini. Bagaimana keseruan perjalanan mereka? Yuk, simak liputannya!

Termotivasi untuk berusaha lebih baik, namun beryukur atas pencapaian yang diraih

“Alhamdulillah bersyukur, tapi masih belum puas dan ingin berusaha lebih baik lagi. Kami berpikir bahwa perbaikan itu akan selalu ada dalam inovasi. Apalagi ketika melihat produk-produk kompetitor yang sepertinya very well made, sehingga kami merasa belum puas dan ingin terus memperbaiki karya kami lagi,” ujar Fina.

Sepak terjang tim sehingga dapat dua kali berturut-turut meraih silver medal tingkat internasional

“Singkatnya, saya sudah dua kali bekerja di tim yang sama dengan Mas Indra, Mbak Fina, dan Mbak Surotul. Pertama di AISEEF 2021 dan kedua kalinya di AISEEF 2022. Nah, Mbak Lutfi ini anggota baru di tim untuk tahun ini. AISEEF 2021 mendapat silver medal, AISEEF 2022 mendapat silver medal lagi. Dalam tim itu ada bagi tugas membuat paper, membuat ppt, dan bagian presentasi waktu penjurian” ujar Bella.

“Untuk idenya (GAHARU) ini dari Mas Indra dan Mbak Surotul, paper juga hasil kerja semua anggota, saya dan Fina yang translate ke bahasa Inggris. Waktu presentasi di hari H saya dan Fina lagi yang tampil karena harus presentasi dengan bahasa Inggris. Jadi, alhamdulillah atas kerja sama semua anggota, kami berhasil meraih silver medal,” tambah Bella.

“Sebenarnya perjalanan kami kurang lebih sama seperti ketika mengikuti lomba pada umumnya, dimulai dari pendaftaran, submit abstrak dan ppt, kemudian presentasi produk. Namun karena lomba ini internasional, selain berusaha membuat prototipe produk sebaik mungkin, kami juga concern dengan abstrak, ppt, dan presentasi yang pastinya harus dalam bahasa Inggris. Kami berusaha sebaik mungkin untuk menyusun semuanya dengan baik karena kami berfikir akan sia-sia sebuah produk yang bagus jika penjelasan produknya tidak memadai atau tidak dapat dipahami oleh juri,” terang Fina.

GAHARU sebagai alat lacak penebangan liar di Desa Demuk, Tulungagung

“Kami membuat aplikasi yang fitur utamanya untuk melaporkan penebangan liar di Desa Demuk, Tulungagung. Jadi, masyarakat nantinya akan punya akses untuk kasus-kasus penebangan secara langsung ke dinas daerah. Selain itu, aplikasinya juga dilengkapi tips untuk menjaga lingkungan, terutama hutan. Nama aplikasinya Gaharu (Jaga Alam dan Hutan Sekitar Demuk),” jelas Fina.

Batu sandungan dan tantangan berbuah manis karena kerja sama tim yang baik

“Kalau kendalanya di pembuatan prototipe, sih. Karena nggak mudah juga bikin desain prototipe yang bagus plus fitur-fiturnya bermanfaat. Cara menyelesaikannya dengan banyak-banyak diskusi dalam tim. Saling memberi masukan tentang fitur dan desain. Selain itu, pasti ada ketakutan tersendiri mengenai bahasa. Cara menanganinya kami perbanyak latihan,” ujar Fina.

Struggle banget pas nyiapin prediksi pertanyaan juri. H-2 minggu penjurian kita semua mikir pertanyaan yang mungkin ditanyakan juri. Jadi ya, latihan gitu, lengkap dengan nyiapin jawabannya sekalian,” kata Bella melengkapi.

Berkompetisi dengan peserta dari luar negeri menjadi motivasi untuk mengasah kemampuan

“Hm, mungkin ini ya, kami ingin terus mengasah kemampuan dan mencoba berkompetisi dengan peserta dari luar negeri, juga ingin mendapat motivasi dan penilaian dari juri luar negeri. Panitia yang ngadain lombanya juga nggak main-main. Everything are well prepared. Kalau AISEEF 2021 dulu full lomba online, kalau yang tahun 2022 ini ada lomba offline-nya juga. Jadi langsung ke Universitas Diponegoro, menata booth di sana,” ujar Bella.

Terus berinovasi dan manfaatkan kesempatan sebagai pesan dari sang juara

“Jangan berhenti berinovasi dan berkreasi di bidang apapun yang teman-teman sukai. Lakukan dengan cinta, nikmati prosesnya, dan ambil ilmu serta pengalaman di dalamnya,” pesan Fina.

“Ketika ada kesempatan yang datang jangan sampai dilewatkan. Apapun keadaannya, kalau badan masih sehat, pikiran masih bisa diasah, kemampuan masih bisa diadu, rasa malas harus dilawan. Apalagi sebagai mahasiswa penerima Bidikmisi dan KIP Kuliah harus terus berusaha untuk berprestasi dan buktiin kita bisa walaupun mungkin dalam keadaan yang kurang mendukung secara finansial,” tutur Bella.

Seperti itulah sepak terjang Fina Zakiyatun Nufus dan Bella Indah Lestari di kancah internasional. Semoga kisah mereka menjadi motivasi bagi kita untuk terus berprestasi dan mengembangkan diri.

Bidikmisi! Berprestasi Tiada Henti!

KIP Kuliah! Generasi Muda, Semangat Berprestasi!

 

Reporter          : Chaula Intan Charir

Editor              : Chaula Intan Charir

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *