MECTOR (Muis Vlees Detector) : Deteksi Keberadaan Daging Tikus Pada Kuah Bakso

Oleh : Najwa Febi Kharisma

PENDAHULUAN

  • Latar Belakang Masalah 

Indonesia adalah negara dengan penduduk terbesar keempat di dunia, yakni mencapai 237,6 juta jiwa (Diana Watik, 2022). Hal ini didukung dengan kondisi geografis Indonesia yang dikenal dengan negara maritim. Negara maritim adalah wilayah negara yang memiliki wilayah teritorial lautan lebih luas dibanding teritorial daratan (2021). Sebagai negara pemilik beribu pulau, Indonesia memiliki berbagai keragaman. Mulai dari keragaman bahasa, adat, budaya sampai keragaman kuliner yang dapat menjadi khas suatu daerah. Banyaknya ragam kuliner yang ada berdampak pada masyarakat Indonesia, sehingga tak sedikit dari mereka bertindak sebagai pecinta kuliner (Prameswara). 

Salah satu kuliner di Indonesia yang terkenal adalah bakso. Bakso awalnya berasal dari Tiongkok, namun seiring berjalannya waktu, bakso menjadi kuliner khas Indonesia yang terkenal hingga mancanegara. Selain memiliki dampak yang baik, meluasnya bakso hingga ke mancanegara ini tentunya memiliki dampak yang buruk, salah satunya pada tahap pembuatannya. Akhir-akhir ini terdapat banyak kasus yang menyebutkan jika pada bahan pembuatan bakso dicampur dengan daging tikus. Hal ini menjadi masalah yang besar terutama pada negara Indonesia yang termasuk dalam negara pemeluk islam terbesar di dunia (Farida). 

مُّبِينٌ عَدُوٌّ لَكُمْ إِنَّهُۥ ٱلشَّيْطَٰنِ خُطُوَٰتِ تَتَّبِعُوا۟وَلَا ۚ طَيِّبًا ٱ حَلَٰلًا لْأَرْضِ فِى مِمَّا كُلُوا۟ ٱلنَّاسُ يَٰٓأَيُّهَا

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (Q.S. Al-Baqarah : 168) 

Berdasarkan ayat di atas, disimpulkan bahwa masyarakat islam diharuskan untuk mengonsumsi makanan yang halal dan baik bagi dirinya. Hal ini bertentangan dengan daging tikus yang jelas keharamannya karena tikus mengandung banyak bakteri yang menyebabkan penyakit seperti hantavirus. Hantavirus disebabkan oleh virus Orthohantavirus. Otrhohantavirus akan menginfeski tubuh sehingga virus dapat mengisi paru-paru dengan cairan yang menyebabkan sulit bernafas kemudian tekanan darah menurun dan organ menjadi rusak, terutama jantung (Sholikhah, 2020) . 

“ Dari Aisyah r.a. berkata : Rasulullah bersabda : lima hewan fasik yang hendaknya dibunuh, baik di tanah halal maupun haram yaitu ular, tikus dan anjing hitam,” HR Muslim. 

Dari hadits tersebut terungkap bahwa tikus adalah hewan yang halal untuk dibunuh, karena tikus hidup di tempat yang kotor sehingga mengandung bakteri bahkan dapat menjadi pemicu penyakit berat. 

Saat ini, deteksi keadaan daging tikus dapat menggunakan metode Polymerase Chain Reation (PCR). Metode tersebut sudah terbukti akurat dalam penelitian Irma yang menyebutkan bahwa gen ND1 disebut sebagai pendeteksi daging tikus dengan menunjukkan tingkat sensitivitas metode uji hingga 5%. Namun, metode tersebut perlu pengujian laboratorium sehingga memerlukan biaya dan waktu yang tidak sedikit. Oleh karena itu, peneliti akan membuat alat deteksi daging tikus pada kuah bakso menggunakan metode Lateral Flow Immunoassay (LFIA). Dalam penelitiannya, Neni menyebutkan bahwa metode LFIA merupakan pengujian cepat dengan membutuhkan waktu sekitar 15 menit, sensitive dan akurat untuk mendeteksi ada tidaknya analit target. Ukurannya yang kecil dan portable sehingga dapat digunakan dimanapun berada.  Diharapkan dengan adanya alat tersebut mampu memudahkan masyarakat untuk mendeteksi daging tikus pada kuah bakso guna meningkatkan pola hidup sehat dengan mengonsumsi makanan yang baik.

  • Rumusan Masalah
  1. Apakah Mector (Muiss Vlees Detector) terbukti akurat untuk mendeteksi daging tikus pada kuah bakso?
  2. Bagaimana mekanisme cara kerja Mector (Muiss Vless Detector) dalam mendeteksi keberadaan daging tikus pada kuah bakso?
  • Tujuan 
  1. Untuk mengetahui apakah Mector (Muiss Vlees Detector) terbukti akurat untuk mendeteksi daging tikus pada kuah bakso.
  2. Untuk mengetahui mekanisme cara kerja Mector (Muiss Vless Detector) dalam mendeteksi keberadaan daging tikus pada kuah bakso.
  • Manfaat Penelitian

– Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi inovasi baru dalam mendeteksi daging tikus pada kuah bakso guna meningkatkan pola hidup sehat dengan mengonsumsi makanan yang baik.Manfaat Praktis

~>Bagi penulis

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi karya tulis yang bermanfaat dan pengalaman terkait pembuatan alat untuk pendeteksi daging tikus pada kuah bakso

~>Bagi masyarakat 

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu dijadikan jalan keluar untuk mendeteksi daging tikus pada kuah bakso seperti kasus yang beredar. 

~>Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan teori mengenai hasil penelitian yang telah ditemukan

  • Kajian Teori

1. Bakso Daging Tikus

Bakso adalah jenis makanan yang terbuat dari daging dan tepung. Biasanya jenis bakso diikuti dengan nama jenis bahan seperti bakso ayam, bakso sapi atau bakso daging tikus (Wibowo, 2009). Daging tikus adalah makanan yang dianggap tabu di beberapa budaya, tetapi kerap dikonsumsi di kebudayaan lain. Daging tikus dianggap tabu karena ketakutan akan penyakit atau larangan agama. Indonesia menjadi negara dengan populasi muslim terbesar di dunia dengan persentase 86,7% dari total penduduk ((RISSC), 2022). Meskipun demikian, di banyak tempat, tingginya jumlah tikus dan kekurangan bahan pangan menyebabkan tikus dijadikan sebagai bahan makanan.

2. Ortho Hantavirus

Ortho Hantavirus, yang dikenal sebagai hantavirus, adalah virus RNA negative-sense untai tunggal kecil dengan genom tri-segmen (segmen S, M dan L) yang mengkode empat hingga lima protein. Hantavirus disebarkan terutama oleh hewan pengerat. Infeksi hantavirus dapat menyebabkan Hantavirus Pulmonary Syndrome (HPS). (Scientific Reports , 2019)

Dalam beberapa kasus bunyavirus, protein non struktural yang dikodekan oleh segmen S (NSs) atau M(NSm) telah digambarkan bertindak sebagai penghambat respons antivirus, sehingga mendorong replikasi virus. Secara khusus, protein NSs memusuhi produksi IFN atau efektor pensinyalan hilirnya dengan cara yang berbeda tergantung pada virus. Oleh karena itu, protein NS mencakup panel fungsi yang besar. (Giulia Galo, 2021)

3. Lateral Flow Immunoassay (LFIA)

LFIA merupakan perangkat diagnostik untuk mengkonfirmasi ada atau tidaknya analit target seperti patogen atau biomarker hewan, serta bahan makanan. Uji Lateral Flow Immunoassay (LFIA) cara kerjanya seperti uji kromatografi kualitatif (dengan hasil positif atau negatif), berukuran kecil, portabel dan dapat digunakan di tempat perawatan. (Yustitie, 2021)

  • Tinjauan Pustaka / Penelitian Terdahulu

Pada penelitian Aminah (2019), membahas tentang cemaran DNA tikus pada bakso daging sapi dengan metode polymerase chain reaction (PCR). Ada tiga tahapan dalam proses amplifikasi PCR yang dilakukan dengan 30 siklus, yaitu denaturasi suhu 95°C, penempelan 51°C, dan perpanjangan 72°C. Namun demikian, PCR juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya DNA sel bakteri yang mati ikut terdeteksi juga (Prayoga et al, 2014). Sedangkan jika dilihat secara umum, metode LFIA lebih sederhana daripada PCR. Lateral flow immunoassay (LFIA) adalah salah satu metode perkembangan dari rapid test yang merupakan uji diagnosis cepat, sensitif, dan akurat untuk mendeteksi (Isnaeni, 2020). Metode ini pernah digunakan pada penelitian Elena A. Zvereva (2020), membahas tentang deteksi tambahan daging sapi dalam daging mentah campuran dan produk daging jadi menggunakan lateral flow immunoassay. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan LFIA untuk menilai kandungan jaringan otot mamalia dalam produk daging dan membandingkan nilai yang diperoleh dengan komposisi produk yang dinyatakan. Pengujiannya adalah berdasarkan format sandwich analisis menggunakan nanopartikel emas sebagai label. Waktu pengujiannya adalah 15 menit, dan batas deteksi Tnl adalah 25 ng/mL. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa deteksi daging sapi penambahan ayam cincang hingga 1%.

METODE PENELITIAN

  • Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan eksperimen yang akan diujikan pada kuah bakso menggunakan MECTOR (Muis Vlees Detector). Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat, sekaligus menjadi proteksi agar terhindar dari penyakit yang ditimbulkan dari daging tikus.

  •  Subjek Penelitian

Pada penelitian ini, MECTOR (Muiss Vless Detector) akan diuji coba menggunakan dua jenis kuah yaitu kuah bakso daging sapi asli dan kuah bakso yang mengandung daging tikus. 

  •  Teknik dan Alat Pengumpul Data 

MECTOR (Muiss Vlees Detector) menggunakan prinsip Lateral Flow Immunoassay (LFIA) dan menggunakan Ortho Hantavirus sebagai pendeteksi daging tikus. LFIA adalah metode yang digunakan pada sebagian besar rapid test (Yusra, 2020). Persiapan sampel kuah bakso dilakukan sesuai metode penelitian Xiangmei (2020) untuk mendapatkan antibodi monoklonal dari Tikus. Pada pengujiannya, dua sampel tersebut akan diuji coba dengan cara diteteskan pada sample pad. Kinerja kertas immuno sensing berpola diverifikasi dengan menerapkan 20  larutan sampel 0,01–5 mg/l IgG tikus dalam PBS (pH = 7,4). Setelah 20 menit waktu tunggu, sisa cairan sampel dikeluarkan dari area sampel dengan selembar kertas tisu, sehingga perangkat cepat kering. Kemudian, warna pada garis uji dipantau dengan mata telanjang, diikuti dengan perekaman pindaian warna. Kinerja kertas penginderaan imunokimia multianalit dievaluasi dengan menerapkan 40 l larutan sampel campuran buffer IgG (sapi dan tikus) pada pH 6,0 ke area saluran masuk sampel pusat sensor. Warna di setiap area penginderaan dipantau dengan mata telanjang dan diukur secara digital dengan perangkat lunak tertentu setelah merekam pemindaian warna dari pola penginderaan kering sekitar 20 menit setelah aplikasi sampel. Potongan potongan kecil pita vinil merah dan biru ditempatkan di tepi kertas penginderaan untuk bertindak sebagai referensi warna konstan untuk kalibrasi otomatis pemindai yang terjadi sebelum setiap pemindaian (Koji Abe, 2010). 

  • Pengolahan data: 

Untuk immunoassay, intensitas warna garis uji dan garis kontrol diukur dengan merekam gambar digital dalam keadaan kering dengan pemindai komersial, diikuti dengan analisis gambar JPEG menggunakan perangkat lunak ImageJ. Perangkat lunak ini menggunakan skala warna 256-bit dengan warna putih sesuai dengan intensitas warna 256 dan warna hitam sesuai dengan intensitas warna nol. Oleh karena itu, peningkatan warna pada garis uji dan garis kontrol mengakibatkan penurunan intensitas warna (Koji Abe, 2010).

  •  Rencana Analisis Data

Analisis data akan dilakukan dengan cara menguji MECTOR (Muiss Vlees Detector) meneteskan kuah bakso pada sample pad. Kuah bakso yang digunakan adalah kuah bakso yang telah bercampur dengan daging bakso sapi asli dan kuah bakso yang sudah tercampur dengan daging bakso yang terkontaminasi daging tikus.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *